KH. Abdul Chalim Leuwimunding, Pendiri Pergunu Resmi Memperoleh Gelar Pahlawan Nasional
Pemerintah Indonesia memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada sejumlah tokoh yang berjasa bagi bangsa dan negara. Tahun ini ada enam tokoh yang sudah disetujui oleh Presiden Jokowi untuk diberikan gelar tersebut. Salah satu tokoh yang mendapat gelar pahlawan nasional yakni KH Abdul Chalim Leuwimunding, Majalengka, Jawa Barat.
Penetapan tersebut berdasarkan surat dari Kementerian Sekretariat Negara RI Nomor R-09/KSN/SM/GT.02.00/11/2023 tertanggal 3 November 2023. Dalam surat tersebut tertulis calon pahlawan nasional yang akan mendapat gelar Pahlawan Nasional pada peringatan Hari Pahlawan 10 November 2023.
Keluarga besar mengungkapkan syukur atas penganugerahan gelar pahlawan nasional kepada KH Abdul Chalim. Bukan tanpa alasan, Abdul Chalim merupakan salah satu tokoh pejuang dan pendiri Nahdlatul Ulama yang punya peranan penting di era pergerakan nasional mempertahankan kemerdekaan.
"Pertama, saya mewakili keluarga besar menyampaikan ucapan terima kasih kepada pemerintah Indonesia yang telah memberi gelar pahlawan nasional kepada kakek kami, tokoh pendiri NU dari Jawa Barat," kata Muhammad Al Barra, cucu dari KH Abdul Chalim kepada NU Online, Rabu (8/11/2023).
Bara berharap akan lebih banyak lagi pemberian gelar kepada tokoh NU. Diketahui tiga tokoh NU yang mendapat gelar pahlawan nasional yakni Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, KH Wahab Chasbullah dan KH Abdul Chalim.
"Ini menambah anugerah pahlawan nasional dari NU. Selama ini sudah mendapatkan gelar pahlawan nasional ada KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahab Chasbullah," ujar Wakil Bupati Mojokerto itu.
Pihaknya juga berharap keluarga besar dari KH Abdul Chalim agar meneruskan dan meneladani jasa-jasa yang telah diperjuangkan kakeknya selama ini.
"Kami berharap anak cucu dari KH Abdul Chalim bisa meniru langkah dan jasa KH Abdul Chalim sehingga kami semua bisa menjadi generasi yang berguna untuk bangsa dan negara," jelasnya.
Sosok KH Abdul Chalim Leuwimunding
Kiai Abdul Chalim adalah satu di antara delapan kiai pendiri Nahdlatul Ulama. Ia merupakan kawan akrab KH Abdul Wahab Chasbullah yang juga pendiri NU. Kiai Abdul Chalim lahir di Leuwimunding, Majalengka, Jawa Barat. Ia lahir dari pasangan Mbah Kedung Wangsagama dan Nyai Suntamah.
Kedekatan KH Abdul Chalim dengan KH Wahab Chasbullah dan perannya di organisasi NU terangkum dalam buku berjudul Karisma KH Abdul Chalim, Pendiri NU dan Pahlawan Republik yang Rendah Hati karya Djoko Pitono dan Achmad Lazim Suadi.
Sebagai kiai yang dekat sekali dengan KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahab Chasbullah, Kiai Chalim Leuwimunding adalah komunikator kunci para ulama terkemuka se-Jawa dan Madura. Kiai Chalim pula yang membuat surat undangan serta mengantarkan undangan ke seluruh kiai di Jawa untuk menghadiri rapat Komite Hijaz.
Dalam kepengurusan pertama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Kiai Chalim menjabat sebagai wakil katib atau katib tsani. Berbagai momen penting NU selalu dihadiri oleh Kiai Chalim. Termasuk turut gerilya dalam perang 10 November 1945 di Surabaya yang diawali oleh Resolusi Jihad KH Hasyim Asy’Ari.
Dalam pentas politik pun KH Abdul Chalim tak pernah ketinggalan sejak NU bergabung ke dalam Masyumi maupun ketika NU sendiri menjadi partai politik. Kiai Chalim juga motor utama pembentukan Persatuan Guru NU (Pergunu) pada 1958 dan pendirian Pertanu (Persatuan Petani NU). Hingga pertengahan tahun 1972, Kiai Chalim masih menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS). Ia wafat pada 11 April 1972.
Melahirkan banyak karya
KH Abdul Chalim dikenal sebagai ulama yang produktif dalam melahirkan karya-karya, bahkan terdapat 13 judul naskah dengan bentuk syi'ir. Sebagian ditulis dalam bentuk bahasa Arab-Indonesia dan sebagian lagi ditulis dalam bentuk Arab-Sunda.
Tema-tema yang ditulis oleh KH Abdul Chalim dalam karyanya cukup beragam di antaranya fiqih, tasawuf, tauhid, perjuangan kemerdekaan dan nasionalisme. Temuan itu diungkapkan oleh Gus Barra dalam disertasinya dengan judul Naskah Perjuangan Kiai Abdul Wahab Chasbullah: Edisi Teks dan Historiografi Nahdlatul Ulama.
Sumber: NU Online ( www.nu.or.id )
Editor: Michael Andi
Komentar
Posting Komentar